Jumat, 18 Januari 2013

satu cinta dua dunia


Kalau kedua-duanya suka pasti kedua-duanya akan berusaha untuk dekat, tapi jika hanya salah satu berarti bukan suka. Jlep..jlep..jlep.. keren gak kata-kata itu?, tapi agak sedikit gak setuju sih, trus kalau cewek masak juga harus usaha?, hehehe. Gak juga kok, ada benernya juga yang namanya cinta ya memang butuh usaha, cuman harus ada batasanya gak semua harus dilakukan (untuk cewek). Gimanapun juga harga diri itu nomer satu, walaupun udah banyak yang bilang emansipasi  tapi kalau cewek ngejar cowok ya gak bangetlah, bu Kartini yang memproklamasikan emansipasi pun aku yakin juga gak setuju.
Aku, Melody Cinta Keynina adalah cewek yang seperti diatas itu, hehe. Menurut ku cewek itu harus punya harga diri, bukanya berapa harganya seorang diri cewek!!, tapi sesuatu yang menjadi pegangan dalam hidup, prinsip. Kalau cewek punya harga diri, pasti gak akan mudah untuk dipermainkan cowok, kalau cowoknya itu emang bener. “Kalau cewek baik pasti dapat cowok baik, kalau cewek bener pati dapat cowok bener”, itu wejangan bunda yang selalu aku pegang. Dan semuanya itu terbukti dengan adanya teman cowokku, udah dua tahun ini aku deket sama Dion, sebagai temen. Hari ini, dijadwal yang seharusnya aku bermanja-manja dirumah harus diganggu sama permintaaan Dion untuk mengajak ku pergi. Setelah Dion berhasil meminta ijin sama bunda akhirnay akupun mengikuti permintaan Dion yang katanya aku gak bakal nyesel kalau ikut Dion.
Sudah dua jam perjalanan ku bersama Dion, dan sudah dua kali juga ban motornya Dion bocor, hadeh mana motornya motor cowok berat banget, tapi aku gak ikut dorong sih,hehe soalnya gak boleh juga sama Dion jadi aku cuma baw tas dan helmnya aja sambil gak henti-hentinya menyemangatinya, haha. Wouw sumpah bagus buanget pemandanganya, bener kata Dion aku gak nyesel, Dion tau aja kesukaan ku. Aku seneng banget ditempat yang banyak hijau-hijaunya, adem, sejuk, ya yang kayak ginilah. Akhirnya sampailah ditempat wisata yang menyuguhkan pemandangan amazing, aku dan Dion beristirahat disalah satu penjual jagung bakar, double nikmatnya,  nikmat melihat  pemandangan dan nikmat menyantap lezatnya jagung bakar. Jalan-jalan menyusuri tempat itupun kita lakukan, sampai akhirnya aku dan Dion duduk disalah satu gasebo, saat itu Dion mengatakan bahwa Dion suka sama aku, hah..upss dan Dion meminta aku untuk jadi pacarnya, saat itu juga!, nah lo..nah lo. Pengen rasanya lari tapi gak tau jalan pulang, jauh pula, tapi kalau gak lari aku harus jawab saat itu juga, Dion..Dion. Jujur sebernernya aku nyaman sama Dion, dua tahun kedekatan kita itu buat aku dapat ngrasain perhatian, kasih sayang, ketenangan tapi semua rasa itu terkalahkan karena aku dan Dion berbeda keyakinan. Aku udah berprinsip bahwa gak mau punya temen deket alias pacar yang beda agama, pengen nantinya aku sama temen deket ku bisa kegereja bareng, pelayanan bareng, mungkin udah banyak pasangan yang menikah dengan perbedaan agama tapi akau gak mau kayak gitu, harus nikah dialtar, hehe..hushus.  Secara gak langsung itu yang aku katakan pada Dion, tapi Dion menyakinkan aku untuk  menjalani dulu, bukan karena terpaksa tapi karena aku nyaman dengan Dion, Dion baik banget dan Dion berhasil meyakinkan ku.
Tiga bulan aku menjalin hubungan bersama Dion, dan aku sangat bahagia cuman terkadang aku sebel kalau Dion mulai over protektif. Dion gak pernah cemburu aku mau sama siapa aja karena  memang aku gak pernah sama siapa-siapa, lah. Kadang Dion juga emosian, sebenarnya lebih kepada sikap dia yang tegas sih, dan aku butuh cowok yang tegas jadi pas. Baiknya, Dion gak pernah mempermasalahkan perbedaan kita, aku yang sering menghabiskana waktu ku digereja, dan  terkadang dua minggu sekali aku baru bisa ketemu sama Dion. Dion gak pernah nuntut aku untuk selalu ada untuknya, tapi Dion selalu ada untuk aku, disaat apapun dan kapanpun aku membutuhkanya, itu yang membuat aku tambah merasa nyaman dengan hubungan ku bersama Dion, meskipun terkadang aku merasa gak enak. Aku tau pasti didalam hatinya Dion mulai gak  nyaman, dan aku nunggu sampai Dion ngomong apa yang sebenarnya Dion rasain.
Bulan desember adalah bulan tersibuk ku digereja, otomatis komunikasi ku dengan Dion mulai gak lancar. Memasuki bulan ini membuat ku sedikit lupa kalau ada Dion, kesalahan. Tapi Dion juga berperan penting dalam membuat ku sedikit melupakan sosoknya, buakan karena aku cari-cari alasan atau membela diri tapi memang itu yang terjadi. Dion sibuk dengan klub basketnya  dan aktifitasnya sebgai pemuda masjid. Aku sering nemenin Dion latihan basket, Dion selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi clubnya dan aku selalu suprot itu, aku gak pernah merasa keganggu dengan ketenaranya sebagai pemain sekaligus sebagai kapten basket, walaupun banyak cewek-cewek yang pasti aku tau selalu ngejar-bgejar Dion, tapi gak tau kenapa aku selalu percaya sama Dion. Terkadang aku juga bantuin keluarga Dion untuk mempersiapkan pengajian dirumahnya. Aku sering mengingatkan Dion untuk menunaikan kewajiban sholatnya. Aku gak pernah maksa Dion untuk ikut kegereja, begitu juga sebaliknya, dan orang tua kita?, sama sekali gak ada yang memaksa. Tapi itu dulu, sekarang aku sibuk digereja dan Dion sibuk dimasjid. Sampai suatu hari akhirnya Dion meminta ku untuk bertemu denganya tapi aku menolak karena ada latihan digereja, Dion marah dan baru kali ini aku melihat Dion semarah ini, aku bilang ke Dion untuk besuk aku mau menemuinya dan Dion setuju.
Deg..deg’an, itu yang aku rasain, kelihatan banget wajah gak bersahabtnya Dion dan aku cuma bisa berfikir positif. Aku dibawa Dion kesuatu tempat yang asing buat aku, selama dari rumah ku sampai di tempat ini, sama sekali Dion gak mengeluarkan sepatah kata apapun, sumpah aneh dan aku takut banget. Akupun mengawali percakapan , dan selalu dijawab Dion dengan  sinis, aku jadi tambah bingung sebenarnya aku salah apa?, kenapa dion tiba-tiba berubah?. “kamu sekarang berubah dy, kamu gak pernah ada waktu buat aku, selalu aja kegereja, yang latianlah, persekutuanlah, diklat, baksos dan apalah itu” kata-kata Dion setelah beberapa menit gak ada suara dari ku maupun Dion, “berubah? bukanya kamu? bentar  sekarang kenapa kamu mempersoalkan masalah aku digereja? kamu tau kan di, kita ini beda, dari awal aku udah bilang di kenapa aku gak bisa terima kamu waktu dulu, trus kenapa kamu biarin aku untuk melangkah sejauh ini?”, “aku yang salah dy, ternyata aku gak bisa menjalin hubungan dengan perbedaan ini dy”, aku gak percaya dengan kata-kata yang barusan aku dengar “ternyata? okey aku ngerti di, aku ngerti apa yang kamu inginkan, bukan salah kamu di, dua dunia itu gak bisa disatukan dalam cinta, sebenarnya kita udah tau dari awal di, dan kita terlalau memaksa cinta, tapi makasih di buat selama ini ”, Dion kaget dengan respon ku tapi akhirnya Dion berkata  “maafin aku dy, aku sayang kamu”, kata terakhir dari Dion yang menjadi pertanda perubahan status kita. Bukankah ini yang aku tunggu?, supaya Dion ngomong apa yang sebenarnya Dion rasain?, ya.. tapi jujur aku gak nyangkal bakal seperti ini, disaat aku udah bisa nerima semua perbedaan ini, disaat ini juga aku harus memilih untuk gak  egois. Dion adalah cowok yang baik, aku yakin Dion juag gak bermaksud untuk mempermainkan ku memang seperti inilah cerita yang harus aku jalani bersama Dion. Aku tau Dion sayang sama aku, dan Dion juga tau bahwa akupun sayang padanya tapi jika cinta tidak memilih kita, aku coba merelakanya. Memang salib dan tasbih tidak dapat bersatu.

2 komentar: