Selasa, 30 April 2013

menguap


Seperti ketika memasak air, lalu kita pergi dan kita tidak menjaganya, sampai akhirnya air mendidih hingga terlalu mendidih dan dibiarkan begitu saja yang terjadi ketika kita kembali adalah kita tidak akan mendapatkan air matang yang diinginkan, yah..jangan kan air yang matang yang ada hanyalah air yang telah menjadi uap. Yang tidak bisa kita nikmatai namun hanya bisa kita biarkan begitu saja hilang. Yang ternikmati adalah rasa kecewa dan penyesalan karena tidak menjaganya.  
Penjelasan yang kamu berikan tidak bisa membuat ku menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang sering kali aku tanyakan pada diri ku sendiri. Malah lebih dari itu. Aku semakin betanya-tanya pada diri ku sendiri. Aku tak bisa mengerti akan semua penjelasaan itu, dan aku juga tak mengerti kenapa aku tak bisa mengutarakan ketidak mengertian ku itu secara langsung. Seperti  terhipnotis atau apalah semacam itu, mulut ku selalau terkunci ketika aku berhadapan dengan mu, ketika aku mendengarkan semua penjelasan mu, anugrah semacam apa yang Tuhan  berikan pada mu sehingga membuat ku menjadi semacam ini?, ah untuk kesekian kalinya aku bertanya pada diri ku sendiri.
Semoga kamu tidak menyadari itu, apalagi menyalahgunakan itu, ya menyalahgunkan sebagi senjata mu untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan ku yang mungkin menurut mu lucu dan tidak bisa kamu jawab. Semoga. Semoga kamu juga tidak menggunakan senjata mu itu untuk menhadapi para wanita-wanita diluar sana yang terpikat oleh apa itu yang aku tidak tau. Mungkin karisma. Kata orang.
Aku sepaham dengan prinsip mu, tapi aku tak paham dengan apa yang kita jalani. Frontal. Tapi memang seperti itu kan  yang terjadi?. Apa aku salah? Lalu yang benar seperti apa? Beri tahu aku? Aku kurang jelas, aku kurang paham, aku kurang mengerti. Aku sering tertawa pilu jika mendengar kalimat dari salah seorang seniman idola ku Sudjiwotedjo:  “wanita  memang menyukai ice crem tapi wanita lebih suka kepastian”. Harusnya semua pria akan menyadari  jika mendengar ucapan itu, ya tapi untuk pria yang memiliki perasaan saja yang akan tertusuk dengan ucapan itu.
Sungguh aku sama sekali tak menyudutkan mu, atau menyalahkan mu seperti orang-orang. Aku hanya takut jika suatu ketika aku tak mampu lagi untuk bertahan bersama rasa ini. Suatu ketika. Aku merasa lelah karna berjalan ditempat seorang diri. Apa kamu juga merasakan ketakutan yang sama? Apa kamu juga bingung jika tiba-tiba aku melakukan hal aneh? Apa kamu juga khawatir jika aku tak memberi pesan “selamat pagi” sebagai  kabar untuk mu? apa kamu juga sedih jika aku merasa tertekan? Apa kamu juga menangis jika kamu tak tau aku kenapa? Apa kamu juga sakit saat aku disakiti. Apa kamu merasakan yang semuanya yang  aku rasakan.
Bagaimana jika suatu saat aku menghilang bersama rasa ini, apa kau akan mencari ku? Apa kau akan menunggu ku? jika aku tak bisa lagi mengucapkan kata sayang? Apa kamu akan bertahan supaya aku kembali lagi mengucapkan kata sayang pada mu? lalu jika kamu bertahan, tapi aku tak kembali apa kamu masih akan bertahan? Ah aku tak ingin menjawabnya. Aku takut jika semua rasa ini menuap begitu saja hilang tanpa sisa karena aku tak kuat lagi untuk menjaganya, beri aku penjelasaan dari mu. penjelasan  yang dapat aku terima dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan  ku  dan dapat menjadikan alsan untuk aku tetap kuat menjaga rasa ini.

#jika mau  ikutlah menjaga rasa ini. Supaya jangan hilang menguap

Jumat, 19 April 2013

aku disini


  Berat . Satu kata yang begitu sangat terasa di hati ini. Saat ini. Hari ini. Berat, untuk ku dapat mengerti kisah ini, berat untuk ku dapat memahami semua yang terjadi, berat untuk ku menjalani semua tanpa mu. Kamu ,sosok yang selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpi ku, sosok yang selalu menerangi hari ku yang gelap, sosok yang mampu membuat ku tersenyum walau hari ku begitu menyedihkan, sosok yang aku tak tau kenapa aku begitu sangat dalam menyimpan rasa ini terhadap mu.

  Sulit untuk ku menjelaskan tentang mu jika hanya melalui konsonan kata, kalimat, paragraph bahkan dalam bentuk buku sekalipun. Seberapa tebal buku, masih kurang bagi ku untuk menjelaskan seberapa berartinya kehadiran mu untuk ku. Aku tak tau, aku tak mengerti kenapa sosok mu selalu ada dipikiran, hati ku.

  Kamu buat ku belajar tentang waktu, proses, menunggu, setia, sabar dan segala embel-embelnya. Kamu buat ku belajar tantang ketulusan dan keikhlasan, tentang cinta dan kepedihan, komitmen dan kepercayaan. Lebih dari itu, lebih, sampai ku tak bisa mengungkapkanya. Yang ada sekarang hanya sosok mu dan aku yang terbungkam kerena membayangkanmu. Membayangkan . Membayangkan andai sosok mu hadir saat ini, andai kamu ikut merasakan rasa sesak ini, andai kamu merasakan getaran ini, dan andai kamu melihat air mata kerinduan ini.

  Pasti kamu pun bertanya-tanya kenapa aku segila ini, kalau kamu bertanya pada ku, aku jamin kamu tak akan mendapatkan jawabanya. Karena bagi ku tak ada jawaban ataupun alasan untuk dapat menjelaskan kenapa aku segila ini. Karena sungguh aku tak mengerti, aku tak tau. Sungguh . Dan apakah semua pertanyaan perlu jawaban? Kalau ya, bisa kah aku  mendengar jawaban dari mu, apakah kau merasakan rasa segila ini?, apakah arti kehadiran ku untuk mu? Apakah….? Apakah…? Apakah…? Ahh lihat, aku bahkan tak mampu untuk berbicara pada mu. Kamu terlalu indah, kamu terlalu hebat, kamu terlalu sempurna untuk ku, pantas kah aku? Layak kah aku?.

  Mungkin aku tak merasakan rasa sakit yang sekarang kau rasakan, tapi lebih dari sakit mu, aku juga sakit. Sesak. Sedih . Saat melihat mu seperti ini, saat aku tak bisa berbuat banyak untuk mu, saat aku tak bisa meringankan beban mu, dan hanya aku, mata dan tangan ku yang ada untuk mu.. Disetiap saat, disudut ini, dipercakapan ku denganNya, nama mu selalu ku bawa, aku tak henti-hentinya meminta untuk yang terbaik buat mu, tak henti-hentinya meminta Tuhan selalu menjaga mu saat kamu tak berada didekat ku, tak henti-hentinya menitipkan semangat untuk mu supaya kau mampu menjalani hari yang sangat padat, berat dengan segala rutinitas mu.

  Aku ingin sosok mu ada saat aku membuka mata, dan saat aku menutup mata, tapi mungkin itu akan terjadi kelak. Ya, jika Tuhan mengijinkan kita untuk menjadi sepasang selamanya. Namun yang ada sekarang adalah nama mu. Nama dimana setiap aku membuka mata selalu ku sebutkan, dalam perbincangan ku denganNya,

  “aku titip dia Tuhan, untuk aktifitasnya hari ini, titip dia karena Tuhan yg selalu ada didekatnya, aku tak bisa  menjaganya 24 jam, jaga i dia Tuhan, ingatkan kan dia supaya makanya tepat waktu, ingatkan dia untuk mengurangi kebiasaanya yang kurang baik, ingatkan dia supaya menjaga kesehatanya, dan ingatkan dia supaya dia g berbuat nakal, ingatkan dia untuk sebentar saja istirahat disela-sela kesibukanya, dan ingatkan dia akan aku sedikit saja Tuhan, sedikit. Buat harinya menjadi berkat untuk dia dan juga orang-orang disekitarnya,..”

  Nama mu juga selalu ada saat aku hendak menutup mata, saat aku menceritakan perjalanan sehari ku kepadaNya.

  “aku mengucapsyukur Tuhan karena Tuhan masih kasih aku kesempatan untuk membawa namaya dalam percakapan ini, kalau saat ini dia masih terbangun dengan segala tanggungjawab pekerjaanya, lancarkanlah supaya dia segera dapat beristirahat, kalau dia masih sibuk dengan kegiatanya, ingatkan Tuhan supaya dia lekas beristirahat, tidak lagi begadang. Jaga i tidurnya supaya dia dapat beristirahat dengan baik, aku tau pasti seharian ini dia sangat lelah dengan semua tugas-tugasnya, jaga i dia, istirahatnya agar esok hari dia dapat beraktifitas kembali, dan dapat Tuhan pakai dalam memuliakan namaMu..”

  Nama mu yang selalu aku banggakan, karena mampu membuat ku seperti ini. Seperti sekarang dimana aku bisa membuka hati yang telah lama terkunci ini, dan kamu yang mampu membukanya. hatinya yang dulunya aku tak pernah ingin membuka hingga akhirnya Tuhan mengijinkan mu untuk datang, dan ternyata kamu yang mampu. Kamu yang pertama dalam aku mengerti akan sebuah rasa, yang sebelumnya aku tak mau mengerti, tak ingin mengerti, dan takut untuk aku mengerti.

  Dari sini, disudut ini, aku berdoa supaya kamu baik-baik saja . Jujur aku sangat khawatir. Tak ada kamu dipagi ku dan kamu dimalam ku, aku tak biasa, dan aku tak mau. Apa kamu sudah bosan? Apa benar kamu ingin meninggalkan ku? Sendiri? Hanya ditemani rasa ini? Apa aku terlalu menganggumu? Atau aku sangat merepotkan mu? jawablah, aku takut. Aku takut, sangat. Aku hanya tak mau lebih membebani mu, tak mau aku menyita semua pikiran mu, walaupun aku ingin menyampaikan sesuatu kepada mu. Tapi aku mengerti, dan berusaha mengerti. Aku tak akan tega membuat mu pusing dengan keberadaan ku bersama pikiran, pertanyaan, dan rasa ku.

  Jika kamu merasa aku menganggumu aku tak akan lagi menganggumu. Aku akan disini dititik ini disudut ini dipersimpangan ini, berdiam, menutup mata dan melipat tangan menyebutkan nama mu, menunggumu, lagi. Menunggu sampai kau memanggil ku, berjalan kearah ku dan meminta bahu ku untuk mu bersandar. Aku disini


#aku disini untuk mu, berdoa untuk mu

Kamis, 11 April 2013

terlalu banyak "kamu"




Terkadang apa yang ada dihati dan yang ada di bibir itu berbeda begitu juga kenyataa,  bisa berbeda. Apakah aku harus percaya dengan rasa dihati ku? Atau kenyataan yang berkata lain? Dan bibir yang berucap tak sama?. Bibir bisa bilang sayang untuk ku, tapi hati mungkin bisa bilang sayang juga, tapi untuknya. Aku pun juga tak tau apa kata sayang yang selam ini terucap dari bibir mu juga terucap dari hati mu. Percaya . hanya bisa berusaha untuk percaya. Selamanya.

Bukan karena aku wanita yang terlalu cemburu pada mu. Bukan . aku sadar betul aku bukan siapa-siapa, tapi lebih karena aku terlalu sayang pada mu. aku hanya takut jika ternyata aku berjalan sendiri(an) dengan perasaan ini, sejauh..sehebat..dan sedalam ini. Tak masalah tak ada kepastian untuk ku, sudah terlalu biasa walaupun perih, aku bisa bersabar berteman dengan waktu, aku bisa setia bersahabat dengan waktu. Aku hanya minta sebuah kejelasan. Kejelasaan tentang siapa “kamu”?. jujur aku begitu tak paham dengan sebutan itu. “Kamu” siapa? “Kamu” yang seperti apa? “Kamu” yang bagaimana? “Kamu” yang dimana? Jelas kan pada ku.

Mungkin “kamu” dimasa lalu mu?, atau mungkin “kamu” dimasa depan mu?, dan bahkan mungkin “kamu” dimasa sekarang?. Aku tak tau, aku bingung, aku tak mengerti, aku tak bisa terus-terusan menjawab ini semua seorang diri, aku mau kejelasan, aku perlu kejelasan, aku butuh kejelasan, Ah..kejelasan? aku sadar bahwa aku tak punya hak untuk meminta mu menjelaskan “kamu” ini kepada ku. Aku tak berhak. Namun…

Aku takut jika “kamu” yang membuat mu bahagia itu bukan aku.
Aku takut jika “kamu” yang bisa membuat mu tertawa lepas itu bukan aku.
Aku takut jika “kamu” yang didalam doa mu itu bukan aku.
Aku takut jika “kamu” yang ada dipikiran mu itu bukan aku.
Aku takut jika “kamu” yang ada dihati mu itu bukan aku.
Dan aku takut jika “kamu” yang selama ini terucap dibibir mu itu ternyata bukan aku. 

Aku takut bukan karena aku tak akan bisa memiliki mu. Bukan. Tapi karena aku takut. Mungkin kamu tak merasakan rasa takut ini, atau bahkan kamu tak pernah mengenal rasa takut ini. Mungkin. Mungkin jika kamu tak memiliki rasa yang sama seperti yang aku rasa. Rasa yang aku pun tak tau kapan datangnya, yang aku tak tau kenapa mendatangi ku, dan yang aku tak tau namanya. Entahlah.

#semoga “kamu” itu aku