Seperti ketika
memasak air, lalu kita pergi dan kita tidak menjaganya, sampai akhirnya air
mendidih hingga terlalu mendidih dan dibiarkan begitu saja yang terjadi ketika
kita kembali adalah kita tidak akan mendapatkan air matang yang diinginkan,
yah..jangan kan air yang matang yang ada hanyalah air yang telah menjadi uap.
Yang tidak bisa kita nikmatai namun hanya bisa kita biarkan begitu saja hilang.
Yang ternikmati adalah rasa kecewa dan penyesalan karena tidak menjaganya.
Penjelasan yang
kamu berikan tidak bisa membuat ku menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang
sering kali aku tanyakan pada diri ku sendiri. Malah lebih dari itu. Aku
semakin betanya-tanya pada diri ku sendiri. Aku tak bisa mengerti akan semua
penjelasaan itu, dan aku juga tak mengerti kenapa aku tak bisa mengutarakan
ketidak mengertian ku itu secara langsung. Seperti terhipnotis atau apalah semacam itu, mulut ku
selalau terkunci ketika aku berhadapan dengan mu, ketika aku mendengarkan semua
penjelasan mu, anugrah semacam apa yang Tuhan berikan pada mu sehingga membuat ku menjadi
semacam ini?, ah untuk kesekian kalinya aku bertanya pada diri ku sendiri.
Semoga kamu
tidak menyadari itu, apalagi menyalahgunakan itu, ya menyalahgunkan sebagi
senjata mu untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan ku yang mungkin menurut mu
lucu dan tidak bisa kamu jawab. Semoga. Semoga kamu juga tidak menggunakan
senjata mu itu untuk menhadapi para wanita-wanita diluar sana yang terpikat
oleh apa itu yang aku tidak tau. Mungkin karisma. Kata orang.
Aku sepaham
dengan prinsip mu, tapi aku tak paham dengan apa yang kita jalani. Frontal.
Tapi memang seperti itu kan yang terjadi?.
Apa aku salah? Lalu yang benar seperti apa? Beri tahu aku? Aku kurang jelas,
aku kurang paham, aku kurang mengerti. Aku sering tertawa pilu jika mendengar
kalimat dari salah seorang seniman idola ku Sudjiwotedjo: “wanita memang menyukai ice crem tapi wanita lebih
suka kepastian”. Harusnya semua pria akan menyadari jika mendengar ucapan itu, ya tapi untuk pria
yang memiliki perasaan saja yang akan tertusuk dengan ucapan itu.
Sungguh aku
sama sekali tak menyudutkan mu, atau menyalahkan mu seperti orang-orang. Aku
hanya takut jika suatu ketika aku tak mampu lagi untuk bertahan bersama rasa
ini. Suatu ketika. Aku merasa lelah karna berjalan ditempat seorang diri. Apa
kamu juga merasakan ketakutan yang sama? Apa kamu juga bingung jika tiba-tiba
aku melakukan hal aneh? Apa kamu juga khawatir jika aku tak memberi pesan
“selamat pagi” sebagai kabar untuk mu?
apa kamu juga sedih jika aku merasa tertekan? Apa kamu juga menangis jika kamu
tak tau aku kenapa? Apa kamu juga sakit saat aku disakiti. Apa kamu merasakan
yang semuanya yang aku rasakan.
Bagaimana jika
suatu saat aku menghilang bersama rasa ini, apa kau akan mencari ku? Apa kau
akan menunggu ku? jika aku tak bisa lagi mengucapkan kata sayang? Apa kamu akan
bertahan supaya aku kembali lagi mengucapkan kata sayang pada mu? lalu jika
kamu bertahan, tapi aku tak kembali apa kamu masih akan bertahan? Ah aku tak
ingin menjawabnya. Aku takut jika semua rasa ini menuap begitu saja hilang
tanpa sisa karena aku tak kuat lagi untuk menjaganya, beri aku penjelasaan dari
mu. penjelasan yang dapat aku terima
dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan
ku dan dapat menjadikan alsan
untuk aku tetap kuat menjaga rasa ini.
#jika mau ikutlah menjaga rasa ini. Supaya jangan hilang
menguap