Selasa, 26 Maret 2013

anugrah




    Semua yang telah disatukan Tuhan tidak dapat dipisahkan manusia. Oh ya? Lalu kenapa ada perpisahan? Karena Tuhan juga?. Bukan. karena keegoisan manusia itu sendiri, dan kenapa ada perselingkuhan? Karena tidak ada kesempurnaan?. Tidak. Tapi karena manusia itu tidak pernah bersyukur atas apa yang dimilikinya.

 Apa mereka, setiap pasangan yang Tuhan telah satukan, terlalau gegabah dalam melangkah sebelumnya? Melangkah dalam buaian sesuatu yang bernama nafsu, terbius oleh kenikmatan yang mengatasnamakan cinta. Apa mereka, setiap pasangan tak melihat anugrah yang Tuhan titipkan untuk mereka, apa anugrah ini hanya sebuah pelengkap untuk menjadi seorang ayah dan seorang ibu? sampai mereka tak melihat bahwa anugrah ini telah berubah menjadi sebuah korban hanya karena keegoisan mereka.

  Tak melihatkah mereka setiap air yang keluar dari mata ini, setiap pilu yang terasa sakit dihati ini, setiap kecewa yang menyesakan dada ini, dan setiap amarah yang terselubung dalam setiap denyut ini. Harus dengan cara apalagi untuk menyadarkan mereka akan bayangan tubuh ini, dengan cara apalagi untuk membuat mereka melihat kehadiran tubuh ini, dengan menyakiti diri ini atau mengorbankan diri ini? Lalu apa pengorbanan mereka untuk anugrah ini? Bukankah mereka yang harusnya berkoran, bertangung jawab, bekerja keras untuk anugrah dari Tuhan ini. Kalau  memang setiap anugrah tau bahwa nantinya anugrah ini menjadi korban, pasti setiap anugrah ini tak ingin dilahirkan  sebagai yang mereka sebut dengan istilah buah cinta. Istilah. Istilah untuk cinta yang tak abadi.

    Haruskah anugrah ini mendengar setiap cacian, teriakan, sumpah serapah dari mereka yang harusnya memberikan nasehat, wejangan, semangat, motivasi kepada anugrah ini?, haruskah anugrah ini melihat tamparan, siksaan, bahkan perlakuan mesra dari mereka kepada orang lain? Apakah itu yang meraka lakukan sebgai teladan, contoh, bahkan idola.

    Mungkinkah mata yang kecil ini harus melihat sesutu yang lebih besar dari apa yang seharusnya belum mereka lihat, mata yang seharusnya melihat keharmonisan mereka sebagai pasangan harus melihat mereka sebagai selingkuhan. Dan apadaya anugrah ini, melihat sesutu yang salah tapi tak bisa berbuat untuk sesuatu yang benar, dan itu semakin membuat tak berharga angurah ini.

    Mengejar kepuasan untuk diri mereka sendiri, tanpa mempedulikan masa depan anugrah ini, jangan kan masa depan, kebutuhan anugrah ini pun tak dipikirkan. Kebaikan, selalu saja menjadi alasan untuk mereka berbuat semaunya. Kebaikan yang mana? Kebaikan untuk siapa? Kebaikan untuk apa?. Anugrah ini tak perlu tercukupi dalam harta, makanan, maupun pakaian, atau apalah hal duniawi itu. Tak perlu. Cukup kasih sayang hanya kasih sayang.

    Untuk alasan apapun, terlalu picik jika mereka mengatasnakan cinta untuk mereka dapat melakukan hal yang memalukan dengan orang yang bukan pasangan mereka, melalukan hal yang menyakiti bagi pasangan mereka atau buah dari pasangan mereka. Apakah dengan mudah rasa cinta yang selama ini dipuji-puji beralih pada orang yang bukan pasanganya, apa janji suci ikrar pernikahan hanya sebuah hafalan? Sebuah liturgy yang harus diucapkan tapi tidak menjadi landasan dalam mereka mengarungi bahtera pernikahan.

    Tuhan… jagai setiapa anugrah-anugrah ini, supaya anugrah-anugrah ini tetap hidup kudus dijalan Mu, jangan biarkan anugrah ini termakan dunia yang menyesatkan ini, jangan biarkan kami lemah dan tergelincir dalam curang kegelapan karena kekecewaan kami atas mereka, tapi pakai anugrah ini menjadi alat Mu, walaupun, sesakit apapun rasa ini, anugrah ini tetap hidup benar didalam kasih Mu. Berat. Pasti tapi kami tau bahwa Tuhan mencintai setiap anugrah ini dengan cara Mu yang berbada, anugrah ini tau bahwa bahwa semua yang Tuhan berikan sesuai dengan porsi setiap anugrah ini, bukan melebihi kekuatan anugrah ini. Tuhan… anugrah ini tau bahwa Tuhan pasti siapkan masa depan yang indah untuk anugrah ini, masa depan yang sungguh ada untuk setiap anugrah ini. Dan Tuhan… ijinkan hanya  anugrah ini yang merasakan sakit ini, jangan samapai buah cinta dari anugrah ini juga merasakan apa yang anugrah ini rasakan, berilah anugrah ini pasangan yang lebih bertanggung jawab bagi keluarga kecil anugrah ini nantinya, berilah cinta kasih yang tulus dalam anugrah-anugrah ini dalam menjadi telan bagi buah cinta anugrah ini. Kesetiaan, ketulusan, keharmonisan, kepercayaan untuk senantiasa kami tanamankan dalam proses perjalan kami.

     Tuhan anugrah ini tau, bahwa Tuhan akan selalu disamping kami, mengerti, peduli, memperhatikan kami. Anugrah ini tau, bahwa hidup kami Tuhan pakai untuk menjadi cermin bagi orang lain, supaya orang lain kuat dalam menghadapi proses yang Tuhan berikan, karena anugrah ini pun kuat. Tapi sekuat apapun kami, anugrah ini perlu tangan Mu.. untuk menggemgam erat tangan ini, kaki Mu.. untuk melangkah bersama kaki ini, bahu Mu.. untuk kami bersandar dalam lelah perjalanan kami, mata Mu.. untuk selalu melihat kami supaya tak salah langkah, hembusan nafas Mu.. untuk selalu kami sadar bahwa Tuhan selalu ada disamping kami, telinga Mu.. untuk mendengar setiap doa harapan cita-cita kami, mulut Mu.. untuk memberikan semangat kepada kami, cinta Mu.. agar kami dapat bertahan setia kepada Tuhan sampai akhir, dan hati Mu... supaya kami tetap memberikan kasih ini. 

untuk: setiap anugrah yang hidupnya dipakai untuk diproses
#Tuhan mencintai mencintai mu dengan caraNya yang berbeda