Entah harus
meminta Tuhan menyadarkan ku, atau menguatkan ku. Akupun tak tau. Dan aku juga
tak tau harus berapa ribu kali lagi aku membawa namamu dalam percakapan ku. Andai
aku bisa memilih, aku tak ingin memilih peran dan cerita ini. Namun bukankah
sebagai manusia biasa aku hanya bisa menerima? Bukan memilih. Bukan aku yang
memilih mu untuk masuk terlalu jauh, tapi aku hanya menerima mu yang sudah
berda ditempat yang sejauh ini. Bukan aku pula yang memilih mu untuk menjadi
yang pertama dalam cerita ku, melainkan aku yang menerima mu sebagai cerita
pertama ku.tak ada yang salah. Baik aku. Atau kamu. Juga waktu.
Aku mencoba
menikmati ini semua, waktu ini. Bersahabat dan berkawan dengan waktu. Berfikir positif
atas apa yang aku lihat dan aku dengar. Meski terkadang pemikiran-pemikiran itu
yang membuat ku sakit. Jadi benarkan?, bukan kamu yang membuat ku sakit bahkan
yang menyakiti ku, melainkan aku sendiri. Karena harapan mullah yang membuat ku
kembali bangkit saat aku terjatuh ketika semua itu hanya sebatas kata. Karena pengabaian
mu membuat ku bertahan, kelak kamu akan menengok ku disini. Karena keacuhaan mu
membuat ku berjuang bahwa pada waktunya nanti, kamu akan kembali. Dan karena
terlalu banyak “kamu” lah yang membuat ku kuat.
Namun satu hal,
bukan berarti kamu bisa mempermainkan ku atau bahkan menjadikan salah satu dari
pelarian, juga salah satu tempat singgah untuk mu. Aku terima itu semua. Hanya satu
yang perlu kamu ketahui tentang perempuan. “Ketika kamu berlaku baik pada
perempuan, tanpa kamu minta dia kan
membalas kebaikan mu lebih dari yang kamu berikan, namun ketika kamu berlaku
tak baik, perempuan akan berbuat lebih tak baik dari apa yang kamu buat”. Bukan
karma. Tapi apa yang kita tabur pasti itu juga yang kan kita tuai. Bukan hanya untuk mu tapi
juga untuk semua hal.
Sebenarnya jika
aku mau membuka mata dan telingga, aku harusnya sudah sadar sedari dulu. Jika ternyata
pagi yang aku kirimkan sebagai penyemangat mu, hanya kamu anggap sebagai
rutinitas pagi mu. Yang sering membuat mu bosan. Namun berbeda dengan ku. Pagi mu
adalah semangat untuk ku. Yang tak pernah membuat ku bosan untuk mengawali
aktifitas ku yang begitu menyesakan dengan sebuah senyuman. Tapi sudahlah, aku
tak bisa memaksa mu seperti aku. Kita berbeda. Aku cukup mengerti. Mengerti bahwa
ada rasa sakit saat aku mendengarkanya. Dan entah cukup apalagi yang aku
rasakan. Aku tak ingin membuat ini semua menjadi alas an ku, untuk tertunduk
dikamar, mennagis lalu mnegasihani diri ku. Tidak. Tapi ini menjadikan ku
berdiri tegap, melihat kedepan dan memberikan senyuma terbaik ku.tak mudah. Tapi
sampai saat ini aku berjuang, berusaha dan bertahan. Bukan untuk membuktikan
pada mu tentang apalah itu, tapi sebgao bukti lu pada Tuhan bahwa aku
sungguh-sungguh tak pernah bermain dalam ribuan frasa yang aku sampaikan
padaNya.
Aku tak punya
kuasa untuk membuat mu berubah, bahkan merubahmu. Yang bisa aku lakukan
hanyalah membuat perubahan. Untuk ku. Entah tak lagi bodoh dalam setia ku, atau
untuk apalagi aku juga tak tau. Tak ada gunaya bukan, selama ini aku berbicara,
sedangkan ternyata tak pernah ada telinga untuk ku. Seperti itu. Aku mengerti
apa yang menjadi pilihan mu juga kebebasan mu. Aku tak akan mengusik mu. Huft,,
sudah berapa kali aku mnegucapkan kalimat itu? Atau harus berapakali lagi
hingga aku benar-benar tak mengucapkanya lagi. Percayalah, itu semua bukan
hanya omong kosong ku tapi aku juga sudah mencobanya. Dan tak mudah. Aku hanya
tak ingin munafik karena itu hanya akan menambahkan sakit.. sekali lagi buakan
aku yang menjadikan ku hebat, bukan pula aku yang menjadikan ku hebat. Melainkan
kamu.