Semua orang Tuhan
kasih hak untuk memilih. Yah, berlaku juga dalam hal jodoh. Tak apa jika kita
memilih, tak ada salahnya, masuk akal jika kita ingin seseorang yang terbaik
untuk kita, toh tetap nantinya Tuhan yang tentukan siapa jodoh kita.
Jodoh. Kata orang,
jodoh itu pasti yang tepat, pasti yang mengerti, pasti yang menerima, pasti
yang tulus, dan pasti yang terbaik. Pasti. Pasti?. Lalu untuk mereka yang
mengklaim bahwa mereka berjodoh tapi akhirnya salah satu dari mereka selingkuh
apa namanya?, terus untuk mereka yang menjujung tinggi pengertian tapi
mendasari semua dengan keegoisan apa istilahnya?, juga untuk mereka yang sering
bersuara bahwa mereka saling menerima pasangan mereka apa adanya, tapi disisi
lain mereka juga meneriakan dengan suara keras bahwa mereka menuntut cantik,
rapi, wangi, pintar dari pasanganya, disebut apa? Kalau untuk mereka yang
berikar bahwa mereka saling mencintai dengan tulus dan ditengah jalan mereka
menucapkan talak, bagaimana? Dan untuk mereka yang dengan pasti yakin bahwa yang
dipilih untuk mendampingi mereka adalah orang yang terbaik untuk mereka, tapi
akhirnya dengan yakin pula mereka memilih orang yang berbeda, dan menyebutnya
lagi dengan “ini yang terbaik buat ku”, apa yang berbeda itu juga disebut
jodoh? Berarti setiap manusia bisa dikatakan jodohnya tidah hanya satu? Seperti
itukah? Lalu seperti apa?, aku juga tak paham, begitu pula dengan kita..
Mungkin kita
berjodoh, mungkin karena kita sudah cukup lama melewati ini semua berdua. Yah
layaknya pikiran manusia. Berdua. Hanya aku dan kamu. kita. Ada kamu saat akau
sakit, terpuruk, jatuh. Ada aku saat kamu bimbang, takut, terperosok. Meski
diawal kisah kita, banyak ujian yang menerpa kesetiaan kita. Banyak. Aku harus
menahan rindu ku, karena tak ingin sakit jika menyadari bahwa jarak kita yang
begitu saat jauh. Aku harus menahan tangan ku untuk memeluk mu karena tubuh mu
yang tak berada didekat ku. Aku harus menahan kaki ku untuk melangkah bersama
mu karena kaki mu yang kuat sedang melangkah menuju pendewasaan waktu. Tapi aku
bersyukur untuk waktu itu, untuk jarak itu. Aku yang terlahir mandiri, cukup
kuat untuk menari-nari bersama rindu ku agar aku tak begitu menyadari bahwa ada
yang namanya jarak. Aku yang terlahir tak bergantung pada orang lain, sangat
kuat untuk melipat tangan ku, bersujud padaNya memohon agar kamu diberi
perlindungan ditempat yang aku sendiri tak tau letaknya. Dan aku yang terlahir
dengan ketangguhan ku, begitu kuat untuk melangkahkan kaki ku tanpa kaki mu
demi meraih impian ku disini. Iya ingatkah itu? Saat-saat itu? Dimana hanya ada
suara, untuk mu selalu mengingatkan ku, member kabari untuk ku. mengingat kan
jangan telat, apalagi lupa makan? mengucapkan kata rindu jika rembulan mulai
menemani ku? Dan menyalurkan semangat untuk ku, mulai mengawali aktifitas ku, melalui
frasa-frasa yang terucap begitu menggetarkan? Ingat? Atau mungkin kamu lupa
karena sudah dua tahun itu semua berlalu. Dan sekarang kamu disini..dititik
ini..disudut Ini.. bersama ku tentunya. Pikir ku.
Pagi ini, aku
merasakan sesutau yang berbeda. Aku, rasa ku. Tak tau. Aneh. Dan tak baik. Huh.
Aku tak memperdulikan masalah dalam diri ku, aku bergegas menghampiri mu. Dalam
keadaan ku yang aneh, aku mendapati mu masih dengan keadaan yang aneh. Ah.
Sabar, aku diam membangunkan mu diwaktu dimana mentari mulai memanas. Tapi
panasnya mentari tak sepanas hati ku, saat aku mendapati handphone mu yang
belum sempat aku buka, sudah kamu raih. Aku memuncak, tak biasanya kamu seperti
ini, dan tak biasanya pula rasa ku seperti ini, ada yang kamu sembunyikan. Ada.
Selama ini kita tak pernah menutupi apapun, tapi kali ini? Apa?. Cukup! Aku tak
butuh omong kosong mu yang dari tadi kau jelaskan pada ku.
Aku tak bisa
menyembunyikan rasa ku. Aku tak bisa menahan air mata ku. Mungkin ini hal
biasa, tapi kamu tau dampaknya begitu luar biasa. Apa? Apa yang membuat mu
tiba-tiba menutupi yang tertutupi? Apa yang membuat mu, menjadikan ku seperti
ini?. Pikiran ku kalut. Yang ada jika ternyata kamu A, B, C, D, dan lain
sebagainya. “belum saatnya kamu tahu” kata mu menenangkan ku. Ikhlas.. ikhlas..
ikhlas.. itu yang aku coba dapatkan
Kamu tahu apa yang terjadi pada ku?. Kehadiran
mu, sosok mu, sikap mu, membuat ku berubah. Aku menjadi tergantung pada mu. Aku
menjadi terbiasa dengan tatapan mu. aku menjadi hafal dengan sikap-sikap mu.
aku menjadi mengerti dengan kebiasaan mu. dan aku menjadi sangat sakit saat
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Wanita. Ya wanita. Oke, aku tak menuduh
mu, sama sekali. Tapi, tolong jelaskan pada ku. Siapa wanita itu? Wanita yang
membuat mu menutupi itu semua dari ku. Jika alasan mu, kamu takut aku sakit,
jika mengetahui yang sebenarnya. Apa kamu tak coba memikirkan bagaimana
sakitnya aku jika yang aku terima dalah kebohongan. Aku lebih memilih sakit
dari kejujuran dari pada sakit karena kebohongan.
Perkenalan singkat
mu dengan wanita itu, yang kemudian membuatnya berharap lebih dari mu. aku
paham, aku juga wanita. Aku juga senang jika diperhatikan, dan wajar jika
wanita menganggap perhatian yang mungkin menurut mu biasa itu menjadi sebuah
harapan. Sadarlah bahwa kamu sedang berhadapan dengan wanita, sayang. Wanita
itu. Aku pun tak menyalahkannya, juga kamu. mungkin memang harus seperti ini
ceritanya. Harus. Kamu harus mengenalnya. dia harus merasakan rasa nyaman yang
dia dapatkan dari mu. Dan aku? Ya aku harus menerima kenyataan yang ada.
Kenyataan jika ada yang baik dan yang belum baik. Aku yang baik, dan dia yang
belum baik, dan kamu? bukankah berarti kamu harus menjadikanya baik? Yang
berarti kamu harus meninggalkan aku?. Ikhlas. Tapi aku manusia!. Aku punya rasa
takut, takut saat apa yang kita impikan untuk masa depan kita, hanya akan jadi
impian. Takut saat nama-nama yang indah untuk anak-anak kita kelak hanya akan
menjadi kenangan. Takut saat restu yang susah payah kita dapatkan akan menguap
begitu saja. Takut saat kepercayaan ini tak bisa kembali seperti dulu kala. Dan
aku takut jika ternyata aku merelakan mu dengannya
Seperti ini
ceritanya, seperti ini pelajaranya. Aku bersyukur bisa melewatkan ini semua
bersama mu. bersyukur dapat mengenal mu, yang mungkin akan menjadi jodoh ku. Juga
bersyukur karena sosok wanita itu, yang mungkin jodoh mu. Sekali lagi
terimakasih karena kamu masih disini berdiri bersama ku, bukan bersamanya,
terimakasih karena kamu masih dititik ini melangkah bersama ku, bukan
bersamanya, dan terimakasih karena kamu juga masih disudut ini bertahan bersama
ku, bukan bersamanya. Tapi masih juga disini, dititik dan sudut ini, aku sering
bersujud melipat tangan dan menunduk meneteskan air mata ku dan menyebut nama
mu yang mungkin Tuhan tentukan kamu menjadi jodoh ku.
#terimakasih untuk
kepercayaan ini aku berdoa yang terbaik untuk kalian