Kamis, 06 Juni 2013

menggegam..melepas..


Kenapa ada celah diantara jemari, Karena pada waktuNya nanti akan ada jemari lain yang melengkapai nya. Pada waktuNya nanti akan ada jemari yang menggegam jemari ini, dalam keadaan apapun, dimanapun, sampai kapanpun. Karena itu aku sangat menyukai genggaman, apalagi genggaman dari tangan mu. Genggaman yang membuat ku kuat, yang membuat ku merasa bahwa aku ternyata tak sendiri, yang membuat ku tersadar bahwa ternyata ada kamu. Ya hanya aku, buat ku.

Aku tau apa yang aku sentuh belum tentu bisa aku genggam, apa yang aku inginkan belum tentu bisa aku dapatkan. Yang terpenting aku sudah berusaha melakukan yang terbaik dengan tulus, berusaha bukan untuk mendapatkan, tapi berusaha untuk mempertahankan ini. Aku tak akan maju untuk menunjukan seberapa dalam, jauh, dan hebat rasa ku, namun aku juga tak akan mundur untuk menunjukan bahwa aku telah lelah, jenuh, dan sakit. Tapi sekali lagi aku akan tetap disini bertahan, untuk rasa yang Tuhan ijinkan datang kepada ku.

Aku yang dulu terbiasa menggegam tangan ini sendiri, tiba-tiba Tuhan mengirimkan tangan mu, yang tidak hanya menyentuh ku tapi juga menggegam tangan ku, menarik ku, mengandeng ku. Dan dengan tiba-tiba pula sekarang kamu melepaskan genggaman ini, entah karena apa, mungkin karena kamu malu ? karena aku yang terlalu biasa? Aku bukan yang istimewa? Aku bukan yang kamu inginkan?. Hanya bisa percaya, selalu percaya, dan tetap percaya untuk hal yang kamu tak mengerti dan aku tak tau. Hanya bisa menggegamnya sendiri, sendiri sekarang, karena tak ada kamu. Aku harus kembali pada masa itu, masa dimana aku bisa menggegam tangan ku sendiri, tapi tak semudah merekatkan kedua tangan ini seperti dulu lagi yang  belum terjamah tangan siapapun, namun sesulit melepaskan bayangan tangan mu dari tangan ku, sesulit aku menyadari bahwa kamu keberatan dengan tangan ku ini. Terlepas atau melepas, yang berarti bukan menggegam. Aku atau kamu yang berarti bukan kita. Ikhlas 

Kita, bukan menjadi doa ku. Tapi  kamu, yang dari dulu dan sampai saat ini ada dalam doa ku. Dulu sebelum aku mengenal nama mu, aku selalau berdoa untuk sosok seperti mu. sekarang kamu hadir  dengan sosok yang ada didalam doa ku. Mungkin karena itu, karena doa ku yang terwujudkan melalui kedatangan mu aku bertahan, bukan menginginkan. Bukan memaksa. Bukan, aku tau konsekuansi dari hubungan yang dipaksa kan, walaupun aku tak berpengalaman dalam berhubungan, tapi aku mendengar dan melihat banyak hal itu, kemudian aku belajar. Mungkin memang terpaksa membuat terbiasa, namun aku tak pernah menginginkan kamu terpaksa bahkan kamu mekmaksa diri  mu sendiri untuk sama merasakan apa yang aku rasa. Beralaskan kasihan atau tak tega dengan ku. Jangan, aku mohon, ingat aku hebat, aku tak perlu belas kasihan mu. Aku memilih kejujuran yang pahit, daripada kebohongan yang manis, karena pahit itu yang menguatkan ku.

Jika kamu meminta ku untuk melepaskanya aku akan melepaskanya,melepaskan genggaman ini bukan berarti aku juga akan melepaskan rasa ku. Kamu punya hak untuk memintanya, dan  akupun juga memiliki hak untuk mempertahankanya. Adil kan? Semoga. Meski aku tau ini sukar tapi aku tak meminta lebih, hanya biarkan aku disini menggegam tangan ku, menutup mata ku, menyebutkan nama mu, dalam doa ku bertumbuh dengan rasa ini. Biarkan aku seperti ini, menulis kan semua rasa yang tertahan, menuliskan semua rasa yang aku sadar aku sendiri yang menahanya. Hiraukan  apa yang kamu baca, jangan dengarkan semua rengekan-rengekan manja ku, tak perlu juga kamu menoleh saat aku berteriak rindu. Biarkan aku berlajar bersama setia, maka aku juga akan membiarkanmu belajar bersama mereka. Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan, aku tak akan menahan mu, tak akan aku mencegah mu. berjalanlah, aku tak akan mengganggumu. Jika kamu menghendakinya aku akan merealisasikanya, kamu tak menginginkan pagi aku juga tak akan lagi memberikan pagi, aku tersadar jika kamu telah bosan dengan tangan ini. Aku juga sangat sadar jika sekarang kamu memilih genggaman tangan lain.

Berat. sangat.. saat aku menyadari bahwa setiap sudut ini banyak kenangan yang tercipta karena pertemuan dengan hasil genggaman ini. Lagi-lagi gengaman ini, disetiap pertemuan kita, tangan ku yang tak pernah ingin lepas dari jerat tangan mu mewujudkan sebuah nama yaitu kenangan. Kenangan yang aku sendiri tak tau kapan bermulanya dan kenangan yang aku juga tak tau kapan akhirnya. Seperti lingkaran yang tak mengerti dari mana awalnya dan dimana ujungnya. Ya seperti itulah, seperti lingkaran itu, tak akan mudah bagi ku, karena kamu telah melingkar, disini.. dimana? Aku yakin kamu tau  tempatnya.

Tak ada yang salah, tak ada. Waktu, keadaan, kesempatan, perkenalan, berbincangan, rasa atau bahkan aku dan kamu, tak ada yang salah. Yah ini cerita yang harus dijalani, cerita yang harus diperankan, cerita antara dua tangan yang tak ingin melepaskan tapi juga tak dapat menggegam. Cerita yang Tuhan mau kita berdua memerankanya, cerita yang Tuhan minta kita berdua yang merasakanya, cerita yang Tuhan tak ingin kita menentukanya, cerita yang Tuhan tak mengijinkan kita mengetahui endingnya. Cerita. Cerita. Ya cerita, cerita yang akan menjadi warna dalam hidup kita, warna merah, hitam, putih, atau bahkan abu. Tak akan aku simpulkan warna ku dan warna mu juga semuanya sendiri, tapi akan aku serahkan semuanya melalui kegua tangan ku yang merapat, melalui sepuluh jari ku yang saling mengisi, melalui genggaman ku yang tak kan terlepas. 

#aku ikhlas jika kamu menggegam tangan lain dan melepaskan genggaman ku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar