Kenapa
ada celah diantara jemari, Karena pada waktuNya nanti akan ada jemari lain yang
melengkapai nya. Pada waktuNya nanti akan ada jemari yang menggegam jemari ini,
dalam keadaan apapun, dimanapun, sampai kapanpun. Karena itu aku sangat
menyukai genggaman, apalagi genggaman dari tangan mu. Genggaman yang membuat ku
kuat, yang membuat ku merasa bahwa aku ternyata tak sendiri, yang membuat ku
tersadar bahwa ternyata ada kamu. Ya hanya aku, buat ku.
Aku
tau apa yang aku sentuh belum tentu bisa aku genggam, apa yang aku inginkan
belum tentu bisa aku dapatkan. Yang terpenting aku sudah berusaha melakukan
yang terbaik dengan tulus, berusaha bukan untuk mendapatkan, tapi berusaha
untuk mempertahankan ini. Aku tak akan maju untuk menunjukan seberapa dalam,
jauh, dan hebat rasa ku, namun aku juga tak akan mundur untuk menunjukan bahwa
aku telah lelah, jenuh, dan sakit. Tapi sekali lagi aku akan tetap disini
bertahan, untuk rasa yang Tuhan ijinkan datang kepada ku.
Aku
yang dulu terbiasa menggegam tangan ini sendiri, tiba-tiba Tuhan mengirimkan tangan
mu, yang tidak hanya menyentuh ku tapi juga menggegam tangan ku, menarik ku,
mengandeng ku. Dan dengan tiba-tiba pula sekarang kamu melepaskan genggaman
ini, entah karena apa, mungkin karena kamu malu ? karena aku yang terlalu
biasa? Aku bukan yang istimewa? Aku bukan yang kamu inginkan?. Hanya bisa
percaya, selalu percaya, dan tetap percaya untuk hal yang kamu tak mengerti dan
aku tak tau. Hanya bisa menggegamnya sendiri, sendiri sekarang, karena tak ada
kamu. Aku harus kembali pada masa itu, masa dimana aku bisa menggegam tangan ku
sendiri, tapi tak semudah merekatkan kedua tangan ini seperti dulu lagi yang belum terjamah tangan siapapun, namun sesulit
melepaskan bayangan tangan mu dari tangan ku, sesulit aku menyadari bahwa kamu
keberatan dengan tangan ku ini. Terlepas atau melepas, yang berarti bukan
menggegam. Aku atau kamu yang berarti bukan kita. Ikhlas
Kita,
bukan menjadi doa ku. Tapi kamu, yang
dari dulu dan sampai saat ini ada dalam doa ku. Dulu sebelum aku mengenal nama
mu, aku selalau berdoa untuk sosok seperti mu. sekarang kamu hadir dengan sosok yang ada didalam doa ku. Mungkin
karena itu, karena doa ku yang terwujudkan melalui kedatangan mu aku bertahan,
bukan menginginkan. Bukan memaksa. Bukan, aku tau konsekuansi dari hubungan
yang dipaksa kan, walaupun aku tak berpengalaman dalam berhubungan, tapi aku
mendengar dan melihat banyak hal itu, kemudian aku belajar. Mungkin memang
terpaksa membuat terbiasa, namun aku tak pernah menginginkan kamu terpaksa
bahkan kamu mekmaksa diri mu sendiri
untuk sama merasakan apa yang aku rasa. Beralaskan kasihan atau tak tega dengan
ku. Jangan, aku mohon, ingat aku hebat, aku tak perlu belas kasihan mu. Aku
memilih kejujuran yang pahit, daripada kebohongan yang manis, karena pahit itu
yang menguatkan ku.
Jika
kamu meminta ku untuk melepaskanya aku akan melepaskanya,melepaskan genggaman
ini bukan berarti aku juga akan melepaskan rasa ku. Kamu punya hak untuk
memintanya, dan akupun juga memiliki hak
untuk mempertahankanya. Adil kan? Semoga. Meski aku tau ini sukar tapi aku tak
meminta lebih, hanya biarkan aku disini menggegam tangan ku, menutup mata ku,
menyebutkan nama mu, dalam doa ku bertumbuh dengan rasa ini. Biarkan aku
seperti ini, menulis kan semua rasa yang tertahan, menuliskan semua rasa yang aku
sadar aku sendiri yang menahanya. Hiraukan
apa yang kamu baca, jangan dengarkan semua rengekan-rengekan manja ku,
tak perlu juga kamu menoleh saat aku berteriak rindu. Biarkan aku berlajar
bersama setia, maka aku juga akan membiarkanmu belajar bersama mereka.
Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan, aku tak akan menahan mu, tak akan aku
mencegah mu. berjalanlah, aku tak akan mengganggumu. Jika kamu menghendakinya
aku akan merealisasikanya, kamu tak menginginkan pagi aku juga tak akan lagi
memberikan pagi, aku tersadar jika kamu telah bosan dengan tangan ini. Aku juga
sangat sadar jika sekarang kamu memilih genggaman tangan lain.
Berat.
sangat.. saat aku menyadari bahwa setiap sudut ini banyak kenangan yang tercipta
karena pertemuan dengan hasil genggaman ini. Lagi-lagi gengaman ini, disetiap
pertemuan kita, tangan ku yang tak pernah ingin lepas dari jerat tangan mu mewujudkan
sebuah nama yaitu kenangan. Kenangan yang aku sendiri tak tau kapan bermulanya
dan kenangan yang aku juga tak tau kapan akhirnya. Seperti lingkaran yang tak
mengerti dari mana awalnya dan dimana ujungnya. Ya seperti itulah, seperti
lingkaran itu, tak akan mudah bagi ku, karena kamu telah melingkar, disini..
dimana? Aku yakin kamu tau tempatnya.
Tak
ada yang salah, tak ada. Waktu, keadaan, kesempatan, perkenalan, berbincangan,
rasa atau bahkan aku dan kamu, tak ada yang salah. Yah ini cerita yang harus
dijalani, cerita yang harus diperankan, cerita antara dua tangan yang tak ingin
melepaskan tapi juga tak dapat menggegam. Cerita yang Tuhan mau kita berdua
memerankanya, cerita yang Tuhan minta kita berdua yang merasakanya, cerita yang
Tuhan tak ingin kita menentukanya, cerita yang Tuhan tak mengijinkan kita
mengetahui endingnya. Cerita. Cerita. Ya cerita, cerita yang akan menjadi warna
dalam hidup kita, warna merah, hitam, putih, atau bahkan abu. Tak akan aku
simpulkan warna ku dan warna mu juga semuanya sendiri, tapi akan aku serahkan
semuanya melalui kegua tangan ku yang merapat, melalui sepuluh jari ku yang
saling mengisi, melalui genggaman ku yang tak kan terlepas.
#aku ikhlas jika kamu menggegam tangan lain
dan melepaskan genggaman ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar