Kamis, 27 Juni 2013

jodoh


Semua orang Tuhan kasih hak untuk memilih. Yah, berlaku juga dalam hal jodoh. Tak apa jika kita memilih, tak ada salahnya, masuk akal jika kita ingin seseorang yang terbaik untuk kita, toh tetap nantinya Tuhan yang tentukan siapa jodoh kita.

Jodoh. Kata orang, jodoh itu pasti yang tepat, pasti yang mengerti, pasti yang menerima, pasti yang tulus, dan pasti yang terbaik. Pasti. Pasti?. Lalu untuk mereka yang mengklaim bahwa mereka berjodoh tapi akhirnya salah satu dari mereka selingkuh apa namanya?, terus untuk mereka yang menjujung tinggi pengertian tapi mendasari semua dengan keegoisan apa istilahnya?, juga untuk mereka yang sering bersuara bahwa mereka saling menerima pasangan mereka apa adanya, tapi disisi lain mereka juga meneriakan dengan suara keras bahwa mereka menuntut cantik, rapi, wangi, pintar dari pasanganya, disebut apa? Kalau untuk mereka yang berikar bahwa mereka saling mencintai dengan tulus dan ditengah jalan mereka menucapkan talak, bagaimana? Dan untuk mereka yang dengan pasti yakin bahwa yang dipilih untuk mendampingi mereka adalah orang yang terbaik untuk mereka, tapi akhirnya dengan yakin pula mereka memilih orang yang berbeda, dan menyebutnya lagi dengan “ini yang terbaik buat ku”, apa yang berbeda itu juga disebut jodoh? Berarti setiap manusia bisa dikatakan jodohnya tidah hanya satu? Seperti itukah? Lalu seperti apa?, aku juga tak paham, begitu pula dengan kita..

Mungkin kita berjodoh, mungkin karena kita sudah cukup lama melewati ini semua berdua. Yah layaknya pikiran manusia. Berdua. Hanya aku dan kamu. kita. Ada kamu saat akau sakit, terpuruk, jatuh. Ada aku saat kamu bimbang, takut, terperosok. Meski diawal kisah kita, banyak ujian yang menerpa kesetiaan kita. Banyak. Aku harus menahan rindu ku, karena tak ingin sakit jika menyadari bahwa jarak kita yang begitu saat jauh. Aku harus menahan tangan ku untuk memeluk mu karena tubuh mu yang tak berada didekat ku. Aku harus menahan kaki ku untuk melangkah bersama mu karena kaki mu yang kuat sedang melangkah menuju pendewasaan waktu. Tapi aku bersyukur untuk waktu itu, untuk jarak itu. Aku yang terlahir mandiri, cukup kuat untuk menari-nari bersama rindu ku agar aku tak begitu menyadari bahwa ada yang namanya jarak. Aku yang terlahir tak bergantung pada orang lain, sangat kuat untuk melipat tangan ku, bersujud padaNya memohon agar kamu diberi perlindungan ditempat yang aku sendiri tak tau letaknya. Dan aku yang terlahir dengan ketangguhan ku, begitu kuat untuk melangkahkan kaki ku tanpa kaki mu demi meraih impian ku disini. Iya ingatkah itu? Saat-saat itu? Dimana hanya ada suara, untuk mu selalu mengingatkan ku, member kabari untuk ku. mengingat kan jangan telat, apalagi lupa makan? mengucapkan kata rindu jika rembulan mulai menemani ku? Dan menyalurkan semangat untuk ku, mulai mengawali aktifitas ku, melalui frasa-frasa yang terucap begitu menggetarkan? Ingat? Atau mungkin kamu lupa karena sudah dua tahun itu semua berlalu. Dan sekarang kamu disini..dititik ini..disudut Ini.. bersama ku tentunya. Pikir ku.

Pagi ini, aku merasakan sesutau yang berbeda. Aku, rasa ku. Tak tau. Aneh. Dan tak baik. Huh. Aku tak memperdulikan masalah dalam diri ku, aku bergegas menghampiri mu. Dalam keadaan ku yang aneh, aku mendapati mu masih dengan keadaan yang aneh. Ah. Sabar, aku diam membangunkan mu diwaktu dimana mentari mulai memanas. Tapi panasnya mentari tak sepanas hati ku, saat aku mendapati handphone mu yang belum sempat aku buka, sudah kamu raih. Aku memuncak, tak biasanya kamu seperti ini, dan tak biasanya pula rasa ku seperti ini, ada yang kamu sembunyikan. Ada. Selama ini kita tak pernah menutupi apapun, tapi kali ini? Apa?. Cukup! Aku tak butuh omong kosong mu yang dari tadi kau jelaskan pada ku.

Aku tak bisa menyembunyikan rasa ku. Aku tak bisa menahan air mata ku. Mungkin ini hal biasa, tapi kamu tau dampaknya begitu luar biasa. Apa? Apa yang membuat mu tiba-tiba menutupi yang tertutupi? Apa yang membuat mu, menjadikan ku seperti ini?. Pikiran ku kalut. Yang ada jika ternyata kamu A, B, C, D, dan lain sebagainya. “belum saatnya kamu tahu” kata mu menenangkan ku. Ikhlas.. ikhlas.. ikhlas.. itu yang aku coba dapatkan

 Kamu tahu apa yang terjadi pada ku?. Kehadiran mu, sosok mu, sikap mu, membuat ku berubah. Aku menjadi tergantung pada mu. Aku menjadi terbiasa dengan tatapan mu. aku menjadi hafal dengan sikap-sikap mu. aku menjadi mengerti dengan kebiasaan mu. dan aku menjadi sangat sakit saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Wanita. Ya wanita. Oke, aku tak menuduh mu, sama sekali. Tapi, tolong jelaskan pada ku. Siapa wanita itu? Wanita yang membuat mu menutupi itu semua dari ku. Jika alasan mu, kamu takut aku sakit, jika mengetahui yang sebenarnya. Apa kamu tak coba memikirkan bagaimana sakitnya aku jika yang aku terima dalah kebohongan. Aku lebih memilih sakit dari kejujuran dari pada sakit karena kebohongan.

Perkenalan singkat mu dengan wanita itu, yang kemudian membuatnya berharap lebih dari mu. aku paham, aku juga wanita. Aku juga senang jika diperhatikan, dan wajar jika wanita menganggap perhatian yang mungkin menurut mu biasa itu menjadi sebuah harapan. Sadarlah bahwa kamu sedang berhadapan dengan wanita, sayang. Wanita itu. Aku pun tak menyalahkannya, juga kamu. mungkin memang harus seperti ini ceritanya. Harus. Kamu harus mengenalnya. dia harus merasakan rasa nyaman yang dia dapatkan dari mu. Dan aku? Ya aku harus menerima kenyataan yang ada. Kenyataan jika ada yang baik dan yang belum baik. Aku yang baik, dan dia yang belum baik, dan kamu? bukankah berarti kamu harus menjadikanya baik? Yang berarti kamu harus meninggalkan aku?. Ikhlas. Tapi aku manusia!. Aku punya rasa takut, takut saat apa yang kita impikan untuk masa depan kita, hanya akan jadi impian. Takut saat nama-nama yang indah untuk anak-anak kita kelak hanya akan menjadi kenangan. Takut saat restu yang susah payah kita dapatkan akan menguap begitu saja. Takut saat kepercayaan ini tak bisa kembali seperti dulu kala. Dan aku takut jika ternyata aku merelakan mu dengannya

Seperti ini ceritanya, seperti ini pelajaranya. Aku bersyukur bisa melewatkan ini semua bersama mu. bersyukur dapat mengenal mu, yang mungkin akan menjadi jodoh ku. Juga bersyukur karena sosok wanita itu, yang mungkin jodoh mu. Sekali lagi terimakasih karena kamu masih disini berdiri bersama ku, bukan bersamanya, terimakasih karena kamu masih dititik ini melangkah bersama ku, bukan bersamanya, dan terimakasih karena kamu juga masih disudut ini bertahan bersama ku, bukan bersamanya. Tapi masih juga disini, dititik dan sudut ini, aku sering bersujud melipat tangan dan menunduk meneteskan air mata ku dan menyebut nama mu yang mungkin Tuhan tentukan kamu menjadi jodoh ku.

#terimakasih untuk kepercayaan ini aku berdoa yang terbaik untuk kalian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar