Sabtu, 11 Juni 2016

ibu

Solo, 11 Mei 2016

tentang sepi dalam langit langit yang begitu dalam.
aku terisak,
membayang wajah mu aku ingin berlari dan menatap mata mu,
kosong....
dari jauh aku melihatnya,
mata yang nanar.
kepedihan apa yang kau rasa ?
bahu ku masih kuat untuk mu bersandar.
tangan ku masih halus untuk menghapus air mata mu.
aku ingin berjalan dengan menatap sekaligus mendengar mu.
namun..
diam.
dari sini aku tak mendengar nya,
bibir yang kelu itu.
kesesakan yang menyesakan yang mengelayuti batin ku.
maafkan aku...
jika waktu ku tak banyak untuk mu.
terimalah sujud permohonan ku.
ceritakan lah segala hari mu,
tentang siapa yang datang ke rumah.
tentang anak anak seperti apa yang membuat mu bangga.
tentang yang sekarang kau pakai.
tentang apa yang kau makan.
aku disini.
dengan kelu yang tak tertahan melihat mu berbalut tulang dan kulit yang mulai keriput.
aku disini.
inginkan langkah perempuan ku yang hebat sekaligus cantik kembali lagi bernyanyi.


 Solo, 11 Juni 2016


getir dan getar itu menjadi guratan .
sendu mu semakin menyenja.
waktu membuat mu semakin menunduk.
kerat itu membuat ku nanar.
tak berdaya ketika hati tak terjaga.
jatuh riuh ku dari pipi ke hati.
aku kedinginan...
kehangatan mu tak mampu ku sentuh.
hanya suara ku yang lirih disertai getar hati yang terus memanggil mu.
pulang lah..
jangan lucuti tubuhmu penuh kesepian.
meski aku belum memiliki tempat untuk mu berteduh,
percayalah pundak ku tempat yang kau lahirkan kuat untuk tempat bersandar mu,

ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar