Aku sering menyebutnya “beda”. Aku sering
menjelaskanya “tak sama”. Beda dan tak sama, itu aku dan kamu. Tak sama dan
beda, itulah kita. Jika memang berbeda kenapa menjadi kita? Bukankah aku dan
kamu menyatu menjadi kita karena ada
kesamaan? Lalu? Kenapa?. Aku yakin kamu juga sering bertanya dalam hati mu, aku
juga sering bertanya dalam hati ku. Mungkin ini yang menjadi kita. Sama-sama
bertanya dalam hati kita. Aneh
Apa yang sering kamu tanyakan pada Tuhan mu, apa
iya sama, dengan apa yang sering aku tanyakan pada Tuhan ku?. Kamu bertanya
apa? Kamu bertanya kenapa ada berbedaan?, aku juga bertanya seperti itu. Kamu
bertanya kenapa dipertemukan dengan ku?, sama aku juga menanyakan itu. Kamu
bertanya dengan cara apa agar berbedaan ku dan berbedaan mu bisa disatukan?,
aku juga. Lalu, kamu sudah mendapatkan jawaban?, aku juga belum mendapat
jawaban dari Tuhan ku. Atau mungkin kita harus bertanya pada Tuhan yang sama?,
tapi semua orang tahu bahwa Tuhan kita beda. Jujur aku sendiri tak yakin jika
Tuhan kita berbeda. Kita sama-sama manusia yang lengkap dengan segala acecoris
yang menempel dalam hidup kita, kita sama, kita manusia, memiliki mata, hidung,
telinga, mulut, tangan, kaki, tubuh, dan hati. Bukankah berarti pencipta kita
juga ada satu? Tuhan maksud ku. Cobalah berfikir sejenak untuk hal ini.
Benarkan? Tuhan itu Cuma ada satu, jalan kita yang tidak hanya satu. Lagi-lagi
kenapa harus ada jalan yang berbeda. Beda..beda..beda..
Apa kamu lelah? Aku juga. Tapi anugrah ini yang
membuat ku kuat. Kita sudah terlalu jauh berjalan, tapi juga tak menemukan
ujung jalan ini, ah jangankan menemukan melihatnya pun aku belum. Diujung yang
mana kita bisa menjadi satu?. Diujung kiri? Atau diujung kanan? Jika ujungnya
dikiri maukah kamu melompat kesini? Aku yakin itu membutuhkan tenaga yang
ekstra. Dan jika ujungnya dikanan? Aku sendiri tak yakin apa aku bisa melompati
tembok tinggi itu. Kenapa tak kita robohkan saja tembok itu? Aku ingin
merobohkanya, apa kamu tau caranya? Tapi tembok itu terlalu kuat, terlalu
tinggi, aku pesimis jika kita hanya berdua saja akan bisa merobohkanya, tapi
hanya kita berdua yang membutuhkan itu. Aku juga tak mau memaksa menarik mu
berada dijalan ku, aku takut tangan mu sakit dan terluka. Kamu juga tak bisa
menarik ku ke jalan mu, karena aku juga tak mau sedih dan menangis. Apakah
yang menyangkut kepercayaan bisa terselesaikan dengan pemikiran. Imposible
Coba kita bertanya pada Tuhan yang sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar