Minggu, 12 Juni 2016

pura pura

seperti manusia lain yang p[enuh kepura puraan.
aku pun sama ,
pura pura untuk sesuatu yang tak perlu kau tau.
karena aku tau kau terlalu sibuk untuk sekedar mencari tau.
patah demi patah, aku rangkai agar supaya sayap ini masih tetap terlihat kuat.
malam menjelang pagi.
nyanyian demi nyanyian gelap begitu merdu bersahutan.
meyadarkan ku.
bahwa sendiri itu sejati.
lahir sendiri dan,
mati sendiri.
itu resah yang coba ku sibak kan ,
tapi tak pernah pergi.
bahagia tau sedihkah ?
semua hanya kepura puraan.
mata ini menggelayut terkatup menjelaskan sebuah sebab dan akibat.
yang tak ayal melelahkan untuk di tanya dan di jawab sendiri.
luruh bercaci aku tergoda memaki.
kau..
kau bisa berdendang di dunia nyata mu,
bercerita tentang keakuan.
lalu seketika kau bisa bernyayi pada dunia mu yang tak nyata,
bahwa kau tergolek kesepian.
bersyukur jika masih banyak telinga yang mendengar suara mu
dan mata yang terkagum kagum pada mu.
tapi aku..
aku sedang mencoba memupus hati.
menganggap dan menjadikan ini adlah berkah.
pura pura menjadi pilihan,
saat tak ada lagi hati yang dipercaya ada.
tangan yang semakin basah ini
tak lelah untuk menulis.
sama seperti raga yang semakin lemah ini
selalu pura pura tentang hati dan pikiranya.
bukan kah setiap orang memiliki ruang itu?.
untuk menyembunyikan yang tak perlu dilihat.
bukan kah setiap orang memiliki waktu itu?.
memperlihatkan yang tak perlu disembunyikan.
kepura puraan itu,
bagai berkaca pada dinding.
kau sendiri tak tau bagaimana jadinya .
akhirnya.
tapi hingga dikepura puraan saat ini,
aku mendapat satu hal.
bahwa pada kehendak Nya semua tak bisa rapi disimpan.
dan satu kepura puraan yang ternyata tak bisa rapi ku simpan.
mencintai mu.

Sabtu, 11 Juni 2016

kemari

apa kau tau tentang yang aku tulis? jangan sekalipun menerka nerka .
kemari ku..
coba saja tutup mata mu.
lalu bacalah.
jika kau tidak bisa, coba tanyakan pada perasaan mu.
mungkin saja buta?
atau bahkan mati?
karena mereka yang tak punya mata, punya rasa yang hidup.
jika kau mendapatkan nya ,
aku yakin kau tak perlu geleng geleng kepala.
atau bahkan mengacuhkan nya.
ke mari..
kau bukan hanya takan tau tentang apa dan siapa yang aku tulis.
lebih dari itu, kau kan mengerti.
bagaimana aku menulisnya.
dengan apa aku bersuara.
kau akan tau tangis atau tawa yang menemani ku.
apakah jantung ku berdebar atay hati ku bergetar.
apakah tentang aku, kamu atau kamu.
apakah mata ku bekaca sendu atau menetes riuh.
apakah bibir ku bergetar atau mulut ku tertutup kelu.
aku berharap jika kau tak tau, kau tak akan bersusah susah tuk cari tau.
karena itu bukan kuncin nya.
cukup kau lembutkan perasaan mu,
dan kau akan tau aku menulis dengan sendu atau merdu.

tinggal

aku kenyang dengan kata. juga kalimat.
tentang sebuah janji apalagi caci.
lalu apa itu cinta?
coba sedikit bersuara, aku yakin tak ada sebelah pun telingga.
teruslah diam , namun jangan sekali kali mendendam.
jika hati sudah tak kuat tertatih
tahanlah agar tak merintih.
satu dan satu akan menjadi dua.
satu dan dua akan menjadi tiga.
begitu dunia memperkenalkan rumusnya.
aku menyukai yang genap , karena menggenapkan.
namun Tuhan mungkin menyukai yang ganjil, karena Dia pencemburu.
tak apa, karena meski begitu bagi ku Dia tak akan tega membiarkan sendiri.
"anggap itu ujian bagi mu dan sekitar mu", kata Nya.
mana yang tetap tinggal dan pergi meninggalkan mu.

ibu

Solo, 11 Mei 2016

tentang sepi dalam langit langit yang begitu dalam.
aku terisak,
membayang wajah mu aku ingin berlari dan menatap mata mu,
kosong....
dari jauh aku melihatnya,
mata yang nanar.
kepedihan apa yang kau rasa ?
bahu ku masih kuat untuk mu bersandar.
tangan ku masih halus untuk menghapus air mata mu.
aku ingin berjalan dengan menatap sekaligus mendengar mu.
namun..
diam.
dari sini aku tak mendengar nya,
bibir yang kelu itu.
kesesakan yang menyesakan yang mengelayuti batin ku.
maafkan aku...
jika waktu ku tak banyak untuk mu.
terimalah sujud permohonan ku.
ceritakan lah segala hari mu,
tentang siapa yang datang ke rumah.
tentang anak anak seperti apa yang membuat mu bangga.
tentang yang sekarang kau pakai.
tentang apa yang kau makan.
aku disini.
dengan kelu yang tak tertahan melihat mu berbalut tulang dan kulit yang mulai keriput.
aku disini.
inginkan langkah perempuan ku yang hebat sekaligus cantik kembali lagi bernyanyi.


 Solo, 11 Juni 2016


getir dan getar itu menjadi guratan .
sendu mu semakin menyenja.
waktu membuat mu semakin menunduk.
kerat itu membuat ku nanar.
tak berdaya ketika hati tak terjaga.
jatuh riuh ku dari pipi ke hati.
aku kedinginan...
kehangatan mu tak mampu ku sentuh.
hanya suara ku yang lirih disertai getar hati yang terus memanggil mu.
pulang lah..
jangan lucuti tubuhmu penuh kesepian.
meski aku belum memiliki tempat untuk mu berteduh,
percayalah pundak ku tempat yang kau lahirkan kuat untuk tempat bersandar mu,

ibu.