Masih dicerita yang sama, dan masih dikesempatan
yang sama. Kesempatan tidak datang untuk kesekian kali. Bukan hanya dua atau
tiga bahkan empat. Entahlah. Bukan aku menyerah, sampai saat ini, saat hanya
jarak yang begitu nyata yang bisa aku lihat. Aku masih menunggu mu. Aku masih
menanti mu. Untuk kembali menjadi kita. Meski sampai dengan jarak yang tak bisa
ku lihat lagi, aku tak tahu apa kamu juga seperti ku. Menunggu ku. Menanti ku.
Untuk menjadi kita lagi
Meski semua sudah terlihat dan terlalu mudah untuk
dibaca, tanpa ada kata, aku tau apa yang terjadi bahkan apa yang kamu rasa
meski kamu terlalu sungkan untuk mengatakanya. Aku hanya bisa menerima.
Menerima semua kenyataan yang tak bisa ku hindari. Kenyataan yang menyakitkan
tapi yang sekaligus menjadikan kuat. Benarkan bukan aku yang kuat, tapi kamu
yang menjadikan ku kuat. Kamu yang hebat, dan terhebat
Tanpa aku katakan bahwa ini berat untuk ku, aku
tau kamu pasti mengerti. Siapa perempuan yang ingin kisahnya seperti ini, tak
ada. Aku juga. Tak mau. Tapi sekali lagi, aku hanya bisa menerima. Menerima
keputusan mu. Bukan aku tak punya pendirian, aku hanya ingin tau sebagai
seorang laki-laki kamu akan bersikap apa. Bukankah seorang laki-laki pada
akhirnya harus menjadi pemimpin dalam keluarganya? Dan harus memiliki sikap
sebagai seorang pemimpin yang bertanggungjawab, aku hanya ingin melihatnya dari
mu, meski itu terlalu jauh, tapi bukankah hidup kita pastinya akan melangkah
kedepan. Atau mungkin kebelakang?. Dan cukup aku tau. Aku tak bisa marah, kamu sadar
itu, aku hanya kembali lagi bersabar. Jika ini keputusan mu, ingin mu, dan mau mu, aku menghargai mu. Jika kamu
ingin diam aku juga akan diam. Aku mengikuti mu. Sebagai perempuan.
Aku tak ingin ini, percayalah aku tak ingin ini.
Tak ingin seperti ini. Tak ingin berdiam seperti ini, tak ingin tak ada kabar seperti ini. Tak ingin tak
ada perjumpaan seperti ini. Aku tak ingin ini, tak ingin tak ada untuk mu saat
banyak hal yang harus kamu lewati, aku ingin ada bersama mu, melewati banyak
hal bersama mu. Aku tak ingin, tak ingin melewati banyak hal yang kamu harus
lewati sendiri, meski aku yakin kamu bisa, meski aku juga harus tau bahwa kamu
tak inginkan aku, aku ingin saat ini ada untuk mu. Begitu juga dengan ku, entah
kamu menginnginkanya atau tidak aku ingin kita. Untuk saat terbesar ku, aku
ingin melewatkanya bersama mu, membagikanya dengan mu. Untuk saat terberat ku,
aku butuh suara mu sebagai semangat ku,
aku perlu tatapan mu yang menenangkan ku, tangan mu yang menggenggam ku, peluk
mu yang menghangatkan ku, juga butuh kaki ku untuk aku menyadari bahwa aku tak
sendiri untuk melewati ini. Tapi jika yang aku inginkan tak bisa aku dapatkan, biarkan
aku meminjam bayangan mu untuk memotivasi ku bahwa aku juga bisa melewati
proses ku, dan berterimakasih pada mu, karena meminjamkanku sosok mu yang telah
membuat ku berhasil meraih impian ku
Jika kamu ingin satu jangan ambil dua, karena
ganjil menglengkapi dan genap adalah bencana. Seperti kamu, aku juga. Lelah
untuk membahas ini. Bukan aku tak mengerti, percayalah aku sangat mengerti.
Bukan aku juga tak paham, aku sangat paham, jika kamu berkata itu hanya teman.
Hanya saja, aku punya alasan kenapa aku tak pernah bisa mengerti dengan apa
yang kamu ucapkan, karena ternyata semua berbeda dengan apa yang kamu perlihatkan.
Aku tak menyalahkan mu, karena aku yang salah. Salah karena tak bisa mengerti.
Salah karena ternyata aku hanya membuat mu lelah. Salah karena ternyata aku pada
akhirnya hanya membuat mu kesal.
Maaf.
Aku kira kehadiran ku bisa membuat mu sedikit bernafas meski banyak tanggungjawab yang membuat mu
sesak. Aku kira tawa ku bisa
menghibur mu saat kamu sedih. Aku kira bahu ku bisa membantu mu meringankan kelelahan mu. Aku kira peluk
ku bias menghangatkan mu, saat kamu menggigil karena rutinitas mu yang padat.
Aku kira telingga ku bisa menjadi pendengar yang baik untuk sekedar
mendengarkan keluh dan warna hari mu. Aku kira mulut ku bisa menguatkan mu
untuk segala masalah yang membuat mu resah. Aku kira mata ku bisa menyalurkan
semangat untuk mu saat kekhawatiran menginginkan mu jatuh. Aku kira genggaman tangan ku bisa sekedar
mengingatkan mu bahwa aku ada disini. Aku kira kedua kaki ku juga membuat
mengerti bahwa kamu tak pernah sendiri . dan aku kira rasa ku bisa membuat mu
yakin bahwa aku tak pernah ingin mengakhiri ini semua. Maaf, karena aku hanya
memakai pemikiran ku, tanpa bertanya. Tapi lebih dari yang kamu tulis aku tau
seperti apa arti hadir ku untuk mu
Tak mudah, tapi mungkin juga tak sulit, yang biasa
merubah ku menjadi kebiasaan. Walau orang hanya melihatnya seperti hal biasa,
tapi aku mengartikanya menjadi luar biasa. Pertemuan kita yang terkalahkan oleh
mereka yang berjarak. Komunikasi kita yang terkalahkan oleh mereka yang
terpisah. Aku dengar banyak orang yang bilang bahwa ini tak baik. Tapi aku
bisa, meski sulit. Tapi aku baik-baik saja, meski harus menahan rasa rindu. Dan
kamulah yang membuat ku bertahan, dan keyakinan ku akan kamulah yang membuat ku
dengan baik melewati ini, meski banyak orang diluar sana yang meragukan, bahkan
meramalkan akan berakhir seperti apa kisah kita. Dan disaat seperti itu, saat
banyak kata yang menyakitkan untuk aku dengar, saat banyak kata yang ingin aku
keluarkan untuk membuat mereka paham, aku hanya bisa diam. Diam. Dan dalam hati
aku berdoa, andai kamu ada disini, bersama ku, pasti mereka yakin bahwa ini
semua bukan permainan.
Meski aku hanya ingin kita, aku tak bias
memaksanya. Aku terlalu ikhlas untuk semua kepergiaan yang harus aku relakan.
Bukan aku tak berusaha menahannya, tapi aku hanya manusia yang sama seperti mu,
yang hanya berperan tanpa harus memilih peran. Bukan aku yang memebuat
ceritanya seperti ini, namun aku sadar jika semua telah menjadi seperti ini.
Jika aku diberi satu kesempatan, aku hanya ingin memiliki kesempatan selalu ada
untuk mu, hanya itu. Seperti saat ini saat aku tak memiliki kesempatan itu,
saat aku tak bisa ada untuk mu, aku hanya diberikan kesempatan untuk selalu
membawa nama mu dalam daftar permohonan ku. Dan aku hanya memohon, untuk Tuhan
selalu ada untuk mu, meski aku tak ada. Jika waktu juga memberikan pilihan,
untuk ku bisa kembali bersama mu atau untuk ku bisa selalu ada untuk mu, aku
memilih itu. Meski tak ada kita yang aku inginkan. Aku hanya mau itu. Selalu
ada untuk mu. Entah saat kamu membutuhkan ku atau tidak. Hanya itu
Untuk mu yang membawa kunci hati ku, aku tau aku
tak bisa memohon mu untuk terus-menerus memeberi ku kesempatan, karena itu
hanya akan mengganggumu, menambah beban mu. Aku harus mengerti dan aku harus
berusaha mengerti untuk tak terus menerus merengengek-rengek meminta mu kembali bersama ku, melewati waktu dengan
impian dan cita-cita kita. Meski aku ingin itu. Tapi aku yakin Tuhan lebih
menginginkan kita untuk bersama lagi menjadi kita, saat aku dan kamu bisa
menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Saat aku dan kamu lebih bisa menerima
dengan ikhlas berjalan bersama waktu. Dan aku percaya saat Tuhan memberikan
rasa ini untuk ku, dan saat aku yakin dengan rasa ku, aku harus yakin menantang
diri ku, untuk apa yang bernama waktu, untuk apa yang bernama jarak, dan untuk
apa yang bernama kesempatan aku bisa menunjukanya. Termasuk rasa aku bisa
mengorbankanya. Karena sekali lagi percayalah keyakinan ku lebih besar dari itu
semua. Bahwa ada saatNya, ada hariNya, ada waktuNya, ada tempatNya aku dan kamu
bisa selamanya menjadi kita
Aku memilih satu, yaitu kamu sebagai pelengkap ku untuk menjadi kita