Kamis, 28 Februari 2013

mendung tak hujan


  Pagi ini, matahari tak melakukan tugas seperti biasanya, sepertinya matahari ingin mengatakan bahwa matahari juga merasakan apa yang sedang bergejolak diperasaan ini. Mendung tapi tak hujan, seperti itu yang terasa. Mendung seperti rasa perasaan ini, dan hujan seperti air mata. Berat untuk mata ini menahan agar airnya tak jatuh, tapi perasaan yang harus kuat yang membuat air mata ini tertahan. Mendung tak berarti hujan, sepedih apa rasa ini, tak harus aku menangisinya. Toh tangis tak akan menyelesaikan masalah, tangis tak akan dapat mengembalikan waktu, dan tangis tak bisa membuat kepedihan ini menjadi kebahagiaan.
Untuk apa mempertahan sesuatu yang tak mau dipertahankan, menjaga sesuatu yang sudah tak bisa terjaga, memperhatikan apa yang sebenarnya tak perlu diperhatikan, memaafkan sesuatu yang tak mau dimaafkan. Tak perlu tangan itu digemgam jika tak ingin digemgam, masih banyak tangan yang memerlukan gemgaman tangan ini. 

  Seberapa besarkah arti cinta untuknya? Hingga kasih yang ku berikan tak kau pedulikan, seberapa pentingkah arti kehadiraanya? Hingga begitu mudah untuk mu tak mengangap bayanganku, seberapa berharganya tawa yang kauciptakan untuknya? Hingga setiap tetes air mata ini tak ada artinya, seberapa indahkah kenangan masa lalu itu? Hingga masa depan ku tak kau perjuangkan.

  Mungkin menurut mu aku tak pernah merasakan apa yang kau rasakan? Memang benar, kaupun juga tak merasakan apa yang aku rasakan. Kita sama-sama tak merasakan apa yang diri kita sendiri rasakan, itu sebabnya aku selalu menutupi setiap kepedihan ini, itu sebabnya aku menyembunyikan air mata ini, supaya kau tak merasakan apa yang aku rasakan. Bukan karna aku kuat, tapi karna aku ingin terlihat kuat didepan mu, bukan untuk menyombongkan diri ku, karna aku tak ada apa-apanya dengan mu, tapi hanya untuk mengatakan kepada mu bahwa aku  kuat tanpa dia. Aku tak ingin kau mengangap bahwa aku perlu dia, aku butuh dia, aku inginkan dia, bahkan aku lemah tanpa dia, sehingga kau pertahankan apa yang sebenarnya kita tak perlukan, kita tak butuhkan,  kita tak inginkan, dan kita lemah jika bersama dia.

  Waktu sudah menjadi saksi, walaupun waktu tak pernah memuji kehebatan mu, aku pun menjadi mengerti bahwa kau sangat hebat, walaupun mulut ku tak pernah mengeluarkan pujian itu. Tak perlu banyak mata yang menyaksikan ketangguhan mu, tak perlu banyak telingga yang mendengar semanggat mu, tak perlu banyak mulut yang mendorong mu untuk maju, karena waktu yang akan memberitakanya, cukup kita diam dan bergerak, dan ijinkan Tuhan yang  bekerja.

  Aku pasti akan kehilangan, pasti, walaupun selama ini aku tak pernah menganggapnya. Tapi aku akan mendapat kedaimaian, yang selama ini aku tak pernah merasakanya. Sorot mata mu mengatakan ini pasti sangat berat, walaupun ini bukan hal yang pertama untuk mu, dan itu yang selama ini menjadi alasan mu. bukankah malah lebih mudah jika kamu telah mengalaminya? Walaupun tetap pasti rasanya sakit, aku mengerti itu karena akupun sering merasakan sakit itu meski sudah berulangkali aku disakiti. Dan untuk apa kamu menahan kebahagiaan mu, untuk membahagiakanya?  waktupun mengerti bahwa dia tak bahagia bersamamu, lalu untuk apa?, harus dengan cara apa lagi aku menyadarkan mu dari mimpi mu, mimpi bahwa nantinya  kita dan dia akan bahagia? Itu mimpi, dan aku ingin membagunkanmu karena kita hidup di dunia yang nyata, bukan  didunia mimpi.

  Dan akhirnya pagi ini dengan mendungnya perasaan yang kurasakan, dan kuatnya mata ini untuk menahan airnya,  aku dan waktu, mendengar keikhlasan mu, bukan untuk ku, tapi untuk mu. ada sesutu yang harus diperjuangkan dan dikorbankan, butuh keberanian dan kesiapan untuk menggapai apa yang kita inginkan. 

valday


  14 febuari 2009.Hari, tanggal dan tahun yang tak akan pernah terlupakan  untuk ku. Jika Tuhan mengijinkan aku untuk tidur selama 24 jam, aku menginginkan  disetiap tanggal itu aku tak terbagun. Bagaimanapun yang namanya masa lalu memang lebih dalam, dan sedalam itu rasa sakit yang sampai sekarang harus aku bawa, seberapa jauh aku berlari bayangan itu selalu mengikuti. Awal mula dimana aku tak percaya lagi  dengan yang namanya kasih sayang, tak percaya lagi dengan namanya sebuah cinta.

  Gelap, itu yang terasa, benci itu yang tertanam. Bahkan sampai sekarang tak ada satu orangpun, termasuk kamu, yang dapat membuat ku berhenti berfikir, bahwa anggapan orang tentang hari itu adalah hari kasih sayang,  adalah salah. Datang lalu pergi, di bulan itu adalah hal yang sangat biasa untuk ku, dikhianati dan kecewa pun  juga hal yang sangat biasa untuk ku, mungkin memang karena selama ini sudah terlalu biasa menghadapi hal-hal yang seperti itu. jadi yang namanya waktu tidak  akan pernah bisa mengobati rasa sakit, namun waktu hanya bisa membiasakan menghadapi rasa sakit.

  Kamu, yang aku anggap dapat memberikan terang itu pun ternyata juga sama saja, namun bukan kamu yang salah, bukan waktu juga yang salah, tapi hanya aku yang salah karena membuka hati untuk waktu yang belum ada namanya. Aku tak pernah bisa memaksa mu untuk juga membuka hati mu agar dapat aku tinggal didalamnya, begitu juga sebaliknya kamu tak akan pernah bisa memaksa ku untuk mengeluarkan mu yang sudah terlanjur masuk kedalam hati ku. Biarkan waktu yang memprosesnya, seperti waktu memproses rasa yang dulu tak pernah aku rasakan terhadap mu, namun kini rasa terhadap mu bersemayam dengan nyamanya dipikiran dan perasaan ku. Biarkan aku menikmati ini, sampai aku lelah, dan jangan paksa aku untuk berhenti karena aku masih kuat. Dan aku pun akan membiarkan mu untuk menikmati apa yang ingin kamu nikmati, untuk merasakan apa yang kamu ingin rasakan, untuk melakukan apa yang kamu ingin lakukan , dan untuk memilih apa yang menurut mu benar dan terbaik untuk mu sendiri.

  Aku tau aku bukan pilihan mu, aku pun tak memaksa untuk kamu pilih, karena terlalau banyak yang istimewa untuk mu, dan aku terlalu sangat biasa untuk mu, tak masalah bagi ku asal aku tak kamu anggap sama dengan mereka yang kamu anggap istimewa. Maka dari itu biarkanlah aku sampai waktu kembali memproses ku menikmati segala perasaan ini. Walaupun aku tau setiap proses yang harus aku jalani tak pernah sebentar untuk ku, melainkan lama. Proses ini, tak semudah waktu kamu tau nama ku dan aku tau nama mu, tapi sesulit aku berusaha melupakan nama mu, semakin aku berusaha melupakan mu, semakin dalam pula ingatan ku akan kamu. Proses  aku membersihkan hati, proses aku menutup hati, membuka hati, bahkan proses aku membiarkan mu masuk, itu pun juga tak sebentar seperti halnya menunggu. Seperti proses, menunggu juga tak pernah ada yang tau ujungnya. Dan kamu tau bahwa menunggu itu hebat, tapi apa kamu mengerti bagaimana rasanya menunggu itu? Dan aku kembali memutuskan menunggu sampai Tuhan berkata kepada waktu dan waktu membisikanya kepada ku “ini kunci untuk mengeluarkanya dari hati mu”.

  Jika aku boleh egois, jika aku boleh memohon, jika aku boleh meminta,  aku tak pernah ingin mendengar waktu membisikan itu untuk ku, tapi aku ingin mendengar waktu membisikan kepada ku dan juga kepada mu “ini waktu bahagia untuk kalian”, tapi aku tak ingin egois, melainkan aku  memilih munafik  karena aku ingin yang terbaik untuk mu. aku  dan kamu itu bukan doa ku, tapi kamu akan selalu ada dalam doa ku.

#aku selalu percaya kamu adalah terang ku, suatu saat nanti
 dan kekurangan mu adalah kelebihan ku, tuan sempurna, miss u boss